Home > Fakta Unik > Apa itu Capung Sebenarnya?

Apa itu Capung Sebenarnya?

Fakta Unik 24 February 2020
Membersihkan ompol copyright free images

Pasti kita semua sudah tidak asing lagi dengan serangga yang satu ini. Ya, capung! Capung merupakan serangga yang seringkali bisa ditemukan di berbagai tempat, terutama di wilayah yang basah dan terdapat banyak tanaman.

Capung juga tidak berbahaya, layaknya kupu-kupu. Kalau kupu-kupu memakan nektar bunga, capung biasa memakan serangga lainnya seperti nyamuk dan masih banyak lagi.

Capung yang biasa disebut dengan darner ini masuk ke dalam subordo Anisoptera, salah satu dari kelompok sekitar 3.000 spesies serangga pemangsa udara yang paling umum ditemukan di dekat habitat air tawar di sebagian besar dunia. Capung seringkali disamakan dengan Damselflies (suborder Zygoptera) karena keduanya sama-sama masuk ke dalam hewan odonat (ordo Odonata).

Capung dan damselflies adalah serangga predator, baik pada tahap nimfa air dan ketika dewasa. Nimfa memakan berbagai invertebrata air tawar dan yang lebih besar biasa memangsa berudu dan ikan kecil.

Berbeda dengan capung dewasa yang menangkap mangsa berupa serangga lainnya di udara. Capung mampu memanfaatkan penglihatan super akurat dan metode penerbangan yang sangat terkontrol. Sistem perkawinan capung sangat kompleks dan mereka termasuk di antara beberapa kelompok serangga yang memiliki sistem transfer sperma yang cukup rumit.

Kalau sekarang capung hanya berukuran sebesar jari tangan, berbeda dengan capung jutaan tahun yang lalu. Fosil nenek moyang capung yang sangat besar dengan jenis Protodonata ditemukan di batuan karbon. Fosil ini berasal dari 325 juta tahun yang lalu. Capung zaman prasejarah ini memiliki rentang sayap hingga sekitar 750 mm (30 inci).

Sebagian besar capung hidup di daerah tropis. Beberapa diantaranya berkembang biak di daerah beriklim sedang. Perubahan iklim dan hilangnya habitat lahan basah mengancam populasi capung di seluruh dunia.

Asal Mula Penamaan Capung

Banyak keluarga capung memiliki nama umum deskriptif yang dikaitkan dengan nama ilmiah mereka. Contohnya termasuk capung penjaja (Aeshnidae), petaltails (Petaluridae), dan clubtails (Gomphidae).

Banyak nama lain yang berhubungan dengan taksonomi atau panggilan tradisional yang diterapkan ke capung, seperti serangga penyengat kuda. Capung juga dikenal sebagai “snake doctor” di Amerika Selatan, karena adanya takhayul bahwa capung pernah merawat ular yang sakit kembali ke kondisi sehat.

Istilah ‘setan jarum’ berasal dari takhayul bahwa capung dapat menjahit mata, telinga, atau mulut anak yang sedang tidur, terutama anak-anak yang nakal. Namun, kenyataannya capung sama sekali tidak membahayakan manusia.

Di Indonesia sendiri, capung sering dikaitkan dengan ‘obat’ penghilang kebiasaan ngompol. Ketika ada seorang anak yang suka ngompol, orang dewasa akan menempelkan seekor capung pada bagian pusar si anak untuk menghilangkan kebiasaan kencing di celana ini.

Perbedaan Capung dan Serangga Lainnya

Spesies capung (Anisoptera) dicirikan dengan tubuh panjang dan dua pasang sayap berurat yang terlihat seperti selaput kering, yang pada umumnya transparan (terkadang memiliki tanda berwarna). Tidak seperti damselflies, yang punya pasangan sayap depan dan belakang dengan bentuk yang berbeda.

Selain itu, capung beristirahat dengan posisi sayapnya yang terbentang horizontal, bukannya saling menempel secara vertikal (kecuali salah satu jenis capung bernama Epiophlebiidae).

Capung memiliki tubuh yang lebih kuat dan umumnya sayap yang jauh lebih kuat daripada serangga lainnya. Salah satu jenis capung yaitu Pantala flavescens, mampu melakukan perjalanan multigenerasi tahunan sejauh 18.000 km (sekitar 11.200 mil); sampai mereka berhasil menyelesaikan migrasinya. Capung ini bisa terbang lebih dari 6.000 km (3.730 mil) salah satu migrasi terjauh yang diketahui dari semua spesies serangga.

Capung juga memiliki mata melotot besar yang menempati sebagian besar kepala mereka. Mata ini memberikan beberapa bidang penglihatan yang mendekati 360 derajat.

Capung dewasa umumnya mempunyai sayap dengan berbagai macam warna mulai dari logam ke pastel. Dibandingkan dengan serangga lainnya, capung bisa dibilang cukup besar, dengan beberapa jenisnya yang memiliki lebar sayap hingga 16 cm (sekitar 6 inci). Bahkan spesies terkecilnya saja punya ukuran sayap sekitar 20 mm (0,8 inci).

Selain menjadi serangga yang sangat gesit, capung juga termasuk ke dalam serangga tercepat. Otot-otot sayap capung harus tetap hangat agar bisa berfungsi secara optimal, dan kalau capung kedinginan, mereka akan sering menggerakkan sayapnya dan berjemur di bawah sinar matahari untuk menghasilkan panas sebelum terbang.

Kecepatan dan ketangkasan capung menjadikan mereka sebagai salah satu predator udara paling efektif. Serangga terbang kecil adalah makanan biasa bagi seekor capung, tetapi beberapa jenis capung dengan teratur mampu memakan mangsa yang 60 persen lebih berat dari beratnya sendiri.

Siklus Hidup Dan Reproduksi

Capung muda biasa disebut larva atau kadang-kadang nimfa atau naiads, adalah hewan akuatik dan predator yang hidup di bawah air, berbeda dengan capung dewasa yang biasa hidup di udara. Larva yang tidak memiliki sayap yang dapat digunakan untuk terbang, mereka punya sayap berwarna belang-belang atau terlihat kusam, cocok dengan sedimen atau tanaman air yang mereka tinggali.

Larva capung memiliki mata menonjol yang agak mirip dengan capung dewasa, mereka memiliki struktur anatomi tangguh tersendiri yang tidak bisa kamu temui pada capung dewasa.

Larva capung dilengkapi sebuah topeng yang besarnya tidak proporsional, topeng ini akan terlipat di bawah kepala dan dada saat tidak digunakan. Di ujung topeng ada seperangkat penjepit seperti taring yang digunakan untuk mengambil mangsa seperti cacing, krustasea, berudu, dan ikan kecil.

Spesies yang berbeda dari larva capung biasa digambarkan sebagai sprawler, burrower atau clasper. Bentuk, metabolisme, dan respirasi mereka berbeda secara bersamaan dengan mikrohabitat yang mereka tempati.

Larva merangkak dari telur yang diletakkan di dalam atau di dekat air. Beberapa spesies capung meletakkan telurnya di dalam jaringan tanaman, yang lain menempelkan telurnya ke substrat di atau di atas permukaan air, dan beberapa mungkin menjatuhkan atau mennyimpan telur mereka dengan cara mencucinya dari perut mereka ke dalam air.

Larva menyerap oksigen dari air menggunakan insang di dalam dubur mereka. Bagian perut mengambil air dan memompanya keluar lagi melalui anus. Air dapat dikeluarkan secara paksa dengan cara ini. Proses tersebut menghasilkan jet propulsi sebagai sarana untuk melarikan diri.

Limbah padat juga dikeluarkan dengan cara yang sama. Saat larva tumbuh, ia akan berganti kulit, sayap mereka akan terlihat lebih jelas dan mengeras. Selubung sayap ini kemudian membesar cepat bersamaan dengan proses setiap ganti kulit.

Akhirnya, larva merangkak keluar dari air (seringnya pada malam hari) dan berganti kulit untuk terakhir kalinya, muncul sebagai capung dewasa dan meninggalkan kulit gips (exuvia).

Artikel Terkait